PERTANIAN - Bayangkan sebuah desa yang tidak hanya dihiasi oleh pemandangan sawah hijau dan pegunungan yang megah, tapi juga oleh pohon-pohon mangga unggul di setiap halaman rumah. Desa ini adalah Kampung Mangga, di mana setiap keluarga diajak untuk menanam satu pohon mangga unggul yang berbuah lebat. Tapi, tunggu dulu—ini bukan sekadar tentang menanam pohon. Kampung ini juga punya potensi besar untuk menjadi desa wisata, tempat orang-orang dari berbagai penjuru datang bukan hanya untuk menikmati keindahan alam, tetapi juga untuk merasakan pengalaman memetik mangga langsung dari pohonnya.
Coba bayangkan lagi, ketika mangga-mangga itu matang, satu kampung berubah menjadi pasar buah raksasa! Aroma manis mangga yang segar menguar di udara, menarik perhatian pengunjung yang datang untuk menikmati panen mangga langsung dari sumbernya. Para wisatawan bisa berkeliling kampung, menikmati suasana asri, dan memilih mangga langsung dari pohon. Inilah daya tarik Kampung Mangga sebagai desa wisata. Setiap rumah tidak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga menjadi bagian dari pengalaman wisata.
Bukan hanya itu, mangga-mangga unggul ini juga bisa diolah menjadi beragam produk kreatif—ada jus mangga segar, manisan mangga, hingga selai mangga yang bisa dijadikan oleh-oleh khas kampung. Bayangkan para pengunjung yang datang membawa pulang mangga segar atau produk olahan mangga dengan label Kampung Mangga, yang tidak hanya enak tapi juga membawa cerita seru tentang desa ini. Setiap rumah berkontribusi dalam menciptakan daya tarik desa wisata, sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat.
Lalu, ada potensi bisnis yang lebih besar. Ketika mangga-mangga itu dipanen dalam jumlah besar dan dijual secara bersamaan, para pembeli pengumpul akan berdatangan dengan mobil pick-up mereka. Tidak perlu lagi mencari mangga ke berbagai tempat, mereka cukup datang ke Kampung Mangga, tempat panen melimpah tersedia di satu lokasi. Dengan hasil mangga yang dikumpulkan dari seluruh kampung, harga jual pun bisa lebih tinggi. Ini adalah kemenangan besar bagi masyarakat desa—mereka bisa menikmati hasil kerja keras mereka bersama-sama, sambil memperkuat ekonomi lokal.
Baca juga:
Babinsa Babahrot Kontinyu Dampingi Pertanian
|
Namun, program ini tidak hanya tentang panen dan menjual. Di balik pohon-pohon mangga yang tumbuh subur, ada cerita kebersamaan. Setiap keluarga punya cerita sendiri tentang bagaimana merawat pohon mereka—ada yang bersemangat menyiram setiap hari, ada yang rajin memupuk, dan ada juga yang dengan bangga menyebut pohonnya yang paling cepat berbuah. Semua ini menciptakan semangat gotong royong yang menguatkan ikatan sosial di desa. Pohon mangga bukan hanya pohon, tapi simbol kebersamaan dan kerja keras seluruh kampung.
Dan saat wisatawan datang, mereka tidak hanya menikmati mangga segar, tapi juga suasana desa yang hangat dan ramah. Wisatawan bisa belajar langsung tentang bagaimana menanam dan merawat pohon mangga, berinteraksi dengan penduduk desa, dan menikmati kehidupan pedesaan yang tenang. Bahkan, Kampung Mangga bisa mengadakan festival panen mangga setiap tahunnya, di mana masyarakat dan wisatawan berkumpul merayakan hasil panen dengan berbagai kegiatan seru—mulai dari lomba memetik mangga tercepat, kompetisi mengolah mangga, hingga acara musik dan tari tradisional.
Baca juga:
Babinsa Blang Guci Bantu Panen Padi Petani
|
Seiring waktu, Kampung Mangga bisa menjadi ikon wisata baru yang tidak hanya dikenal karena mangganya, tetapi juga karena keramahan dan inovasi warganya. Desa ini bisa jadi contoh bagaimana sebuah kampung sederhana bisa bertransformasi menjadi desa wisata yang sukses dengan ide sederhana: satu rumah, satu pohon mangga unggul.
Jadi, bukan cuma soal menanam mangga. Ini tentang membangun masa depan bersama—masa depan di mana kampung ini dikenal luas, bukan hanya sebagai penghasil mangga unggul, tetapi sebagai desa wisata yang menarik dan penuh kehidupan. Siapa yang tidak ingin datang ke kampung di mana setiap rumah adalah surga mangga? Siap-siap, Kampung Mangga bisa jadi destinasi wisata favorit berikutnya!
Jakarta, 04 Oktober 2024
Hendri Kampai
Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi